BAB 2.
Hubungan-nya
Tao Dengan Manusia
Dalam Kitab Tiong Yong dikatakan : “Bahwa Tao itu tidak dapat di-tinggal-kan
sekejap pun, apabila boleh di-tinggal-kan maka itu bukan Tao. Tao adalah Li
(Hakekat) atau Jalan yang harus di-lalui oleh Manusia”.
Manusia mengikuti Jalan Ketuhanan
untuk melakukan Kebajikan, adalah seumpama kereta api di-atas rel, seperti
kapal di atas air, dan laksana pesawat terbang di udara.
Apabila kereta api meninggalkan rel-nya,
kapal meninggalkan air dan pesawat terbang memisahkan diri dari udara, sudah
jelas akan menimbulkan macam-macam bencana; demikian pula apabila Manusia
meninggalkan Tao atau Ketuhanan, akan mendapat tekanan atau hukuman-nya Masyarakat
atas ketentuan-ketentuan hukum-nya, apabila di Neraka pun akan mendapat Peradilan-nya
Giam Loo Ong (Malaikat Neraka) yang tidak akan bebas dari Tumimbal Lahir dengan
penjelmaan Enam Jalan dan Empat Kelahiran yang mana ber-putar-putar tidak
henti-henti-nya di Lautan derita.
Khong Tju mengatakan : “Sampai mati pun melakukan peri Kebajikan; seorang
Budiman (kuntju) tidak takut miskin
melainkan takut pada Tao; seorang Budiman selalu senang pada Tao (melakukan peri
Ketuhanan).
Gan Tju mendapat Tao, di-peluk-nya
erat-erat, se-umur hidup-nya tidak akan di-hilang-kan.
Tjeng Tju mendapat Tao, di-pegang-nya
hati-hati se-olah-olah gemetar, hingga tiap hari menilik diri-nya tiga kali.
Apabila di-lihat dari sini, hubungan-nya antara Tao dan Manusia sungguh
sangat erat sekali, hanya di-sayang-kan bahwa Manusia-lah yang mengabaikan-nya,
sehingga Khong Tju mengatakan dengan iba hati : “Siapa-kah yang dapat keluar
tanpa melewati pintu, mengapa tidak ambil jalan ini ?”.
* * * * * * * * * *