BAB 22.
Apakah Arti Perilaku Menanjak Dan Menurun ?
Perlu kira-nya di-ketahui bahwa Triratna dari Manusia yaitu Semangat, Hawa
dan Sari, sampai pada apa yang mata dapat melihat, telinga dapat mendengar atau
yang terluap di luar itu-lah
ke-Dunia-an. Maka yang dapat menerima
masuk ialah Orang Suci; tetapi yang terluap ke
luar adalah perilaku
lancar, namun yang dapat menerima ke dalam ialah perilaku menanjak.
Beng Tju ber-sabda : “Ajaran Ke-Tuhan-an itu tidak lain hanya
mencari hati-nya yang
terlepas itu saja.”
Cara menyimpan
dan memelihara adalah kemurnian hati menuju ke dalam untuk mawas diri. Api yang
terlepas dengan sendiri-nya
akan menurun. Lidah di-lilit-kan ke atas akan menaikan
air kehidupan dari sumber-nya,
apabila banyak yang naik, harus di-telan ke bawah langsung masuk ke Tan Tian, di-sana akan bertemu dengan Api Kehidupan
yang berada di ginjal kanan, demikian-lah air akan berubah menjadi hawa.
Jika hawa dan semangat cukup
penuh, walaupun payah tidak terasa letih. Setelah masuk, yang di depan turun
dan yang di-belakang
naik, terus menerus tidak berhenti hingga sari-nya penuh, dan tidak akan
memikirkan birahi lagi, dan di-ubah
menjadi hawa.
Sehingga
ketika hawa-nya penuh
maka tidak memikirkan makan dan di-ubah menjadi semangat sampai penuh, tidak memikirkan akan tidur,
di-ubah pula menjadi
kosong, kosong mujijad tidak pernah pudar, yang mengisi seluruh Alam Suci, itu-lah yang oleh Kaum Taois di-nama-kan Mengedarkan Microcosmos, sementara Kaum Buddhis mengatakan memutar Cakra
Dharma. Oleh Kaum Khong
Tju di-bilang apabila Orang ingin bersih dan
mengalirkan Kebenaran Suci, gunakan-lah cara menanjak tadi.
Hendak-nya mesti di-ketahui bahwa Orang biasa melakukan
pernafasan yang depan naik sedangkan yang belakang turun. Tapi kebalikan-nya, Orang suci melakukan pernafasan yang
depan turun dan yang belakang naik.
* * * * * * * * * *