BAB 3.
TA TAO
Sepanjang Masa
Ayat dalam Too Tek Keng :
TA TAO tidak berupa, men-cipta dan membina Langit dan Bumi, di sini Orang dapat kenyataan bahwa
Tao adalah sumber asal-nya Langit dan Bumi, Tao lebih dahulu ada daripada Langit dan Bumi.
Dalam Kitab
Sejarah disuratkan :
Langit terbuka
pada Masa Tju dan sirna
pada Masa Sut,
Bumi terjadi pada Masa Thiu dan selam pada Masa Yu,
Manusia lahir pada Masa In dan ludas pada Masa Sin.
Pada mula-mula
lahir-nya Manusia pada Masa In itu, sifat asal-nya (Sing) sebenarnya baik,
karena Thian yang melahirkan-nya,
jadi kekuasaan-nya ada
pada Thian, maka tidak perlu membincangkan Tao pada masa itu.
Tao diturunkan
pada Masa Pertengahan, Manusia melahirkan Manusia, maka kekuasaan-nya ada pada Manusia; Nabi Hok Hi
pertama-tama memandang ke atas dan memeriksa ke bawah, tahu akan peredaran-nya Langit dan Bumi, maka di-gambar-nya Sian Thian Pat Kwa (Delapan Diagram Asal), untuk
menyatakan keghaiban yang tersembunyi pada Langit dan Bumi,
ini-lah permulaan-nya Tao diturunkan di Dunia;
Selanjut-nya Hsuan Yuan Huang Ti
menemukan huruf-huruf, mendirikan rumah, membuat pakaian hingga Kebudayaan menjadi meluas,
pada Zaman itu-lah dinamakan Kesempurnaan
Tao;
Selanjut-nya Giauw, Sun, Bun, Bu, dan
Tjiu Kong yang melanjutkan penguasaan Tao, mengajarkan Ajaran satu-satu-nya, Ajaran Nurani, pada Masa itu dinamakan Pancaran
Hijau, juga merupakan Keutuhan-nya
Tao.
Sampai pada
Raja-raja Yu dan Li (Dinasti Tjiu) yang terkenal dengan cara-cara lalim dan
tirani atas Pemerintahan-nya hingga Ke-tata-negara-an tidak dapat jalan
sempurna. Justru pada saat itu peredaran Tao teralih pada masa Pancaran Merah
dan terbagi-lah menjadi
Tiga Agama.
Lao Tse turun
di Dunia mengajarkan
Taoisme dan memberi Petunjuk-petunjuk
Suci kepada Khong Tju,
dan yang belakangan memberi ucapan terkenal: “Bagaikan Naga”. Pada waktu Lao
Tse menuju ke Barat
memberikan Ajaran pada
Raja Hu yang membuat keadaan ghaib dengan sinar lembayung memenuhi udara di
Kota Hankuan, maka oleh Pembesar
Kota Kuan I Tse di-minta-nya supaya Lao Tse membuat Kitab untuk di-tinggal-kan. Demikian-lah Lao Tse sebagai Pendiri dari Agama Tao membuat Kitab Tao
Tik Tjing yang berisikan lima ribu huruf.
Dalam rangka meluaskan Ajaran-nya, Khong Tju membuat
muhibah ke seluruh Negara, menyempurnakan Kitab Sanjak (Sie
King) dan Kitab Kesusilaan (Lee Kie) untuk menyambung
karya-karya Nabi yang lalu dan mendidik bagi Generasi
berikut-nya dengan maksud mengembangkan Ajaran
Hakekat Tuhan Yang Abadi hingga langgeng selama-lama-nya.
Keghaiban
serta lembut halus-nya
Ajaran Ta Tao, telah diturunkan pada Kitab Tay Hak dan Tiong Yong se-luas-luas-nya, maka Khong Tju adalah pendiri dari
Agama Jikauw. Ajaran Tao itu oleh Khong Tju diajarkan kepada Tjeng Tju, dan
oleh Tjeng Tju kepada Tju Su, lalu oleh Tju Su diturunkan kepada Beng Tju.
Setelah Beng
Tju, Aliran Tao beralih
ke Barat, maka terhenti-lah
Ajaran Inti Nurani, maka sepanjang Dinasti Tjin, Han, Tjin, Sui dan Tong yang
tertinggal hanya Ajaran
membaca saja, tidak ada yang luar biasa di Daerah ini hingga sampai pada Pemerintahan Yam Song (950-1341
T.M.), dimana Kebudayaan
makin meningkat dan makmur di-mana-mana.
Pada masa itu pula lahir-nya
Pujangga Si I dan Orang-orang
pandai sebagai Lian, Lok, Kwan, Min. Yaitu: Tjou Tun I, Ch’eng I, Ch’eng Hao,
Chang Tjai, Tju Hsi dan lain-lain saling menyusul.
Ilmu Kesusasteraan makin maju,
akan tetapi Nasib baik
belum tiba, Aliran Tao belum kunjung datang, karena pada waktu Beng Tju, Tao
telah beralih ke Barat, Buddha Sakyamuni yang melanjutkan-nya, maka Satrawan-sastrawan Zaman Song walaupun banyak, mereka hanya
menguraikan arti dari Tao saja.
Buddha
Sakyamuni menurunkan Tao kepada Maha Kasyapa yang menduduki silsilah Pertama
bagi Agama Buddha. Maka Tao terbagi jadi tiga Agama yang masing-masing berlainan
tempat-nya dan
masing-masing meninggalkan Kitab Ajaran-nya.
Buddha
Sakyamuni mengajarkan secara perorangan satu demi satu hingga urutan yang ke-28
adalah Bodhidharma. Pada waktu itu bersamaan dengan Kerajaan Liang Bu Tee di
Tiongkok. Bodhidharma dari Barat datang ke Tiongkok, berarti Ajaran Ketuhanan
datang kembali di Tiongkok yang sama dengan arti Burung Gagak pulang sarang.
Sejak
Bodhidharma datang di Tiongkok, Ajaran Ta Tao tetap diajarkan seperti sedia kala dalam satu Aliran. Bodhidharma sebagai Pendiri
Pertama (Guru Pertama), lalu ke-2 Sin Kong, ke-3 Tjeng Cha’an, ke-4 Too Sin,
ke-5 Hong Jim, dan ke-6 Hui Leng. Sejak Guru ke-6 ini selanjut-nya tidak mengajarkan atau menurunkan
baju jubah dan mangkok, dan pada saat itu pula timbul apa yang dinamakan Ajaran
Selatan Langsung dan Utara Tidak Langsung, yang pada hakekat-nya Maha Tao telah ke Aliran Jikauw
(Khongkauw), pada saat mana Lak Tjo (Guru ke-6) menurunkan Tao pada Guru ke-7
yang terdiri dari dua Orang
yaitu: Pik-Tjo dan Ma-Tjo, dan sejak itu Ajaran Tao mulai diajarkan pada
khalayak ramai di Rumah-rumah
Tangga.
Selanjut-nya Guru ke-8 adalah Lo-Tjo, ke-9 Oei-Tjo,
ke-10 Go-Tjo, ke-11 Hoo-Tjo, ke-12 Wan-Tjo, ke-13 dua Orang yaitu Ji-Tjo dan Njoo-Tjo, ke-14
Yao-Tjo, ke-15 Ong-Tjo, ke-16 Lauw-Tjo Djing Hi, di-sini-lah batas selesai-nya
Pancaran Merah, maka Tao beralih kepada Pancaran Putih, Buddha Maitreya sebagai
Pemegang Kekuasaan-nya.
Lo-Tjo (Guru
ke-17) sebagai Guru Pertama dalam Pancaran Putih
ini bertugas menyelamatkan secara umum dan menguraikan Ajaran Suci secara menyeluruh, selanjut-nya Kiong Tiang dan Tju-Hi
yang pegang penyelesaian akhir untuk menyelamatkan Tiga Alam hingga semua Ajaran
kembali Manunggal.
Pada Zaman sebelum-nya yaitu Sam Tay (2205
S.M), Tao diturunkan pada Raja-raja
dan Menteri-menteri
besar saja, seseorang menurunkan kepada seorang saja, itu-lah Zaman Pancaran Hijau.
Setelah Zaman Sam Tay, Tao diturunkan
ke Perguruan, lalu ber-turut-turut ada tiga Agama yang masing-masing
mempunyai wilayah sendiri, itu-lah
Zaman Pancaran Merah.
Kini sampai
pada akhir Masa Ke-tiga, Kesusilaan makin merosot, timbul juga
bencana dahsyat se-olah-olah
Dunia tidak utuh lagi,
Ta Tao diajarkan pada semua Manusia
dan tiap-tiap Orang
dapat kesempurnaan mencapai Ke-Buddha-an, ini-lah Masa Pancaran Putih. Dan demikian-lah perkembangan Tao sepanjang masa.
* * * * * * * * * *