Bab 32.
Adapun Tri Dharma Hakekat Satu, Yang Mana-kah Yang
Tertinggi, Adakah Pilihan Bagi Penganut-nya ?
Sungguh pun Tri Dharma ber-pokok
Hakekat Satu Tiada Puncak, tentu-nya tiada perbedaan tinggi rendah, akan tetapi
dalam kebiasaan Buddha Dharma-lah yang Tertinggi. Mengapa ?
Karena dalam sejarah dari Pimpinan Agama
kebanyakan dari Orang-orang Buddhis, seperti di-tulis-kan dalam Kitab, mulai-nya
keadaan Semesta samar-samar, telah di-tentu-kan bahwa Sepuluh Buddha memimpin Agama,
yang dulu-an pada Pra-sejarah telah di-pimpin oleh Tujuh Buddha, (terbukti
tujuh Buddha yang terdapat di Feng Yang), dan Tiga Buddha lain-nya ialah Jian
Teng (Buddha Dipankaraa), Sakyamuni dan Maitreya yang memegang pimpinan.
Buddha Dipankara telah memimpin
selama 1500 tahun. Sakyamuni yang di-lahir-kan pada Tjiu Ling Ong Tahun Kak-in
Si-gwee Tanggal 8, dari Kaum Ksatrya, Ayah-nya adalah Raja Suddhodana dari
Kavilavastu dan Ibu-nya ialah Dewi Maya, sejak usia dua puluh sembilan tahun
Beliau mulai memasuki Kehidupan Pertapaan, dan mendapat petunjuk-nya Buddha
Dipankara, lalu mengajarkan Dharma selama 45 tahun dan meninggalkan banyak Kitab-kitab
untuk menyelamatkan Dunia.
Ajaran-nya langsung dan singkat
mengarah pada pokok-nya, menunjukkan pada benih Buddha guna menghapus segala
kekotoran untuk kembali ke Alam ke-abadi-an, maka Beliau adalah Pendiri dari
Agama Buddha.
Lao Tse dari Kaum keluarga Li
bernama Erl dengan alias Pik Yang dan dapat julukan pula Lao Tan, di-lahir-kan
di Negeri Tjho pada Tahun Ting-su dari Tjiu Ting Ong; Ayah-nya dari Kaum Han bernama
Khian alias Guan Pit dan Ibu-nya Tjing Hu yang mengandung-nya selama delapan
puluh satu tahun, karena di-lahir-kan di bawah pohon Li maka Kaum asal-nya
dirubah menjadi Li.
Setelah peristiwa ber-sejarah dari
Khong Tju yang mengunjingi-nya untuk menanyakan tentang “Peradatan”, lalu menunggang
kerbau hijau menuju Kota Ham Kok Kwan memberi Ajaran Suci pada Raja Tartar I-Hi.
Ajaran-nya hanya sederhana cuma memelihara “Hati” = pikiran = batin, dan cara-nya
“thiu kham tian li” (istilah pelajaran Pat Kua) untuk menghapus segala sifat
kebendaan kepada ke-abadi-an; ada pun air dan api saling menolong untuk menempa
Kim-tan atau Pil Khasiat.
Lao Tse telah meninggalkan pusaka
yaitu Kitab-kitab Tao Tik Cing dan Ch’ing Ching Ching sebagai Buku pendidik Dunia,
Maka Beliau adalah Pendiri dari Taoisme.
Adapun Ajaran Kong Tju menjurus ke Ilmu
Pendidikan dan Tata Negara yang dua-dua-nya sangat sempurna, sungguh pun di-mulai-nya
dari Tata ke-Dunia-an, akan tetapi tidak terlengket (kemelekatan) pada
kebendaan, maka dari ke-Duniawi-an itu dapat memasuki ke-abadi-an (Ke-Tuhan-an)
yang mana telah di-pahami pada umum-nya hingga tidak perlu penjelasan lebih
jauh.
Sebagai kesimpulan semua tujuan dari
Ajaran Agung Tri Dharma itu ialah Metafisika sebagai pokok-nya, Pendidikan Moralitas
sebagai pemaknaan sifat-sifat Ke-Tuhan-an; apabila dasar ke-rohan-an-nya sudah
di-mengerti, Moralitas dengan sendiri-nya berjalan baik, sesuai dengan apa yang
dinamakan “mengerti dasar-nya dengan sempurna akan dapat menggunakan-nya dengan
sebaik-baik-nya. Apabila akar-nya telah kuat, dahan dengan sendiri-nya akan
subur.”
Sangat di-sayang-kan bahwa Buddhisme
telah kehilangan Ajaran Tanda Hati, dan bagai Taoisme pun hilang Ajaran Pil
Khasiat-nya, hingga hanya tertinggal pembacaan Kitab dan Mantra-nya saja untuk
menyambung Kehidupan-nya, demikian juga Konfusianisme telah kehilangan Ajaran
Hati Metafisika sehingga Penganut-penganut-nya yang cendekiawan itu hanya dapat
mengutip kata-kata pada ayat-ayat tertentu, namun apabila di-tanya soal “Ti tji
ting tjing” (tahu berhenti mantap dan tenang) dan cara menerima serta balik
mendengar, juga tentang cara-nya mengartikan hakekat ke-rohani-an serta
memelihara dan mengikuti Roh untuk menjalankan Ke-Tuhan-an, di-khawatir-kan
yang mengerti hanya sedikit sekali, sehingga Ajaran Tiga Nabi itu hampir
hilang.
Maka bagi Ajaran Ke-Tuhan-an seharus-nya
ke-tiga Agama itu sebaik-nya sama-sama di-pelajari, tanpa berat sebelah.
Melakukan Tata Susila dari Konfusianisme, menggunakan cara usaha-nya Taoisme
dan menjaga dengan baik sila-sila dari Buddhisme, siapa yang dapat melaksanakan-nya
akan mendapat hasil sedikit-dikit-nya sehat dan panjang umur, atau yang dapat
melaksanakan secara optimal akan memperoleh Kesempurnaan Sejati, karena-nya patut
dapat perhatian khusus dari Para Penganut.
* * * * * * * * * *