Halaman

BAB 43

BAB 43.
Apa Yang Menyebabkan Kejodohan ?




Membicarakan sesuatu yang mengenai kejodohan (gaya gabung), sebaiknya di-mulai dari bibit-bibit pokok pada Kehidupan sebelum-nya; kalau di-ketahui bahwa Orang itu memang benih Buddha, hendak-nya sifat asal-nya tentu cemerlang (bukan dungu), apabila sekali mendengar tentang Tao serta merta kepercayaan-nya akan timbul, begitu mendengar lalu percaya, setelah percaya lalu suka melaksanakan-nya, itu-lah yang di-kata-kan jodoh dengan Buddha.


Yang di-nama-kan ganjaran atau kedudukan ialah : Orang yang mempunyai jodoh apabila mendapat Tao tentu setiap saat memegang-nya erat-erat dalam sanubari-nya se-olah-olah khawatir berada di belakang Orang lain, maka selalu di-usaha-kan mengumpulkan Budi dan Jasa tanpa ayal. Orang yang berlaku demikian tentu akhir-nya akan mendapat Kesempurnaan. Setelah mendapat kesempurnaan lalu mendapat kedudukan sesuai dengan Jasa Amal-nya.


Akan tetapi ada sesuatu hal, bahwa tahu sesuatu, tapi tidak mau mempelajari atau melaksanakan, Orang sedemikian di-bilang tidak ada jodoh; ada pula yang suka belajar, tapi tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, karena-nya tidak dapat ganjaran.


Peribahasa mengatakan : “Di kala muda tidak suka belajar, sampai hari dewasa-nya tidak memperoleh kepandaian; di kala dewasa tidak suka belajar, pada hari tua-nya akan mengalami kesusahan.”


Hendak-nya jangan menganggap bahwa hari ini tidak usah belajar karena masih ada hari esok, Tahun ini tidak belajar karena masih ada Tahun lain. Ketahui-lah bahwa jalan-nya Hari dan Bulan se-demikian cepat, sekejap pun tidak menanti kita. Maka apa yang harus dikerjakan namun tidak dikerjakan, tentu akan menimbulkan sesal di kemudian hari. Bukan-kah seorang Bijaksana tidak berbuat hal-hal yang sesal, seandai-nya terlanjur sesal, dapat-kah di-buru ?



* * * * * * * * * *