Halaman

BAB 61

BAB 61.
Sesama Manusia Mengapa Ada Yang Suci, Bijak, Dan Bodoh ?




Sebab-sebab di atas sangat jelas dan mudah di-mengerti, karena tiap-tiap Orang pembawaan Etheris-nya berlainan satu dengan yang lain, dan berbeda pula masing-masing kesukaan-nya akan Kebendaan, di-tambah pula perkembangan Sifat Abadi-nya pun berlainan.


Siapa yang pembawaan Etheris-nya tipis, maka kegemaran akan kebendaan kurang, sehingga perkembangan Sifat Abadi-nya jadi kuat. Orang demikian banyak minat pada perbuatan baik dari Para Suci dan bijak, dan akan menjadi Orang saleh.


Siapa yang pembawaan Etheris-nya tebal, kegemaran akan kebendaan-nya pun besar, dan perkembangan Sifat Abadi-nya jadi lemah. Orang yang demikian sangat rindu pada keadaan Dunia ramai, mereka ialah Orang dungu biasa.


Sebalik-nya, pada siapa yang dapat menindas nafsu hawa-nya dan kembali pada Sifat Abadi-nya, ialah Orang Saleh dan bijaksana.


Siapa yang tidak dapat menindas hawa nafsu dan mengembalikan Sifat Abadi-nya, ialah Orang biasa.


Diumpamakan sebuah cermin yang bersih, kaca-nya memang bersih murni. Oleh karena waktu-nya sudah lama dan banyak terkena kotoran, apabila tidak di-gosok maka kaca tadi tidak akan bersih kembali.


Demikian juga sifat Manusia; maka Kaum Khong Tju bilang : “Simpan-lah hati (pikiran) untuk memelihara rohani”, bagi Kaum Taois di-kata-kan: “Bina pikiran untuk meng-gembleng rohani”, dan oleh Kaum Buddhis di-kata-kan : “Terang-kan pikiran untuk menampak rohani”. Ke-tiga istilah itu walaupun berlainan, akan tetapi tujuan dan cara mengajar pada Manusia untuk mengembalikan rohani adalah sama saja.



* * * * * * * * * *