Halaman

BAB 63

BAB 63.
Mengapa Sifat Manusia Ada Baik Ada Buruk ?




Baik dan buruk-nya sifat Manusia di-tentu-kan oleh Sifat Abadi, Sifat Hawa, dan Sifat Wujud.


Sifat Abadi sebenar-nya suci dan terang, seluruh-nya baik tanpa keburukan.


Sifat Hawa ialah kotor dan bersih ber-campur-an, ada kala-nya baik dan ada kala-nya buruk.


Sifat Wujud melulu ber-nafsu kebendaan yang hanya buruk tanpa Kebaikan.


Maka apabila menggunakan Sifat Abadi ter-tampak-lah lima Kelayakan atau Budi, dan segala yang di-perbuat cocok dengan tengah.


Apabila menggunakan Sifat Hawa mungkin bersih juga mungkin kotor, dan kalau menggunakan Sifat Wujud atau Kebendaan hanya tergerak oleh nafsu kebendaan dan perubahan sifat kebendaan itu sendiri lebih banyak buruk-nya daripada baik.


Beng Tju mengatakan sifat atau watak baik itu arti-nya Roh abadi.


Ko Tju mengatakan watak ada baik ada buruk, yang di-arti-kan yaitu sifat dari Alam Hawa.


Sedang Sun Tju mengatakan watak buruk yang di-arti-kan ialah sifat Alam wujud.


Apa yang di-kata-kan Roh Abadi ialah mengutamakan ke-abadi-an bukan ke-etheran. Karena-nya Beng Tju adalah seorang Nabi.


Apa yang di-kata-kan sifat Alam Hawa ialah hanya tahu hawa tapi tidak tahu Alam abadi, maka Ko Tju hanya Orang bijaksana.


Apa yang dikatakan sifat kebendaan hanya mementingkan nafsu kebendaan saja, tidak mengerti akan ether dan abadi, maka Shun Tju tidak dapat di-golong-kan sebagai Orang saleh atau bijaksana.


Ketiga Pujangga di atas mem-per-bincang-kan baik-buruk-nya watak yang mereka anggap berlainan karena perbedaan dari tebal dan tipis-nya sendiri.



* * * * * * * * * * *