BAB 65.
Hati Kemanusiaan Dan Hati Ke-Tuhan-an
Yang keluar
dari sifat ke-hawa-an, itu-lah hati kemanusiaan, dan yang keluar
dari sifat ke-abadi-an itulah hati Ke-Tuhan-an.
Tiap Orang mempunyai hati
kemanusiaan dan juga hati Ke-Tuhan-an, hanya hati Manusia itu ber-bahaya dan tidak aman,
sedang hati Ke-Tuhan-an itu lembut sukar di-lihat.
Kalau tidak
dapat mengatasi hati kemanusiaan, lalu hati Ke-Tuhan-an itu akan pudar. Sedangkan apabila dapat mengatasi hati
kemanusiaan, si hati Ke-Tuhan-an-nya akan kian hari kian nyata. Orang
yang dapat ber-buat
demikian akan mudah menjadi Buddha, Dewa, atau pun Orang suci.
Hati atau
pikiran Manusia itu
termasuk sifat hawa, dan pikiran Ke-Tuhan-an
tergolong pada ke-abadi-an atau Kebenaran.
Hati dari
seorang Anak Bayi, watak sebenar-nya sempurna, sampai pada
terbuka-nya pengertian
lalu terkena sebagian ke-kotor-an hingga menutupi sebagian
dari ke-Ilahian-nya. Makin lama makin
tertutup dan makin gelap hingga termasuk pada ke-nafsu-an saja. Maka cara Orang membina diri untuk Ke-Tuhan-an,
tidak lain dari berusaha meng-hapus
nafsu dan sambil membuat Jasa-jasa
di-luar, di-tambah pula giat semedi agar
mudah berhasil mengembalikan ke-Asli-an-nya
kembali.
* * * * * * * ** * *